A.
Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi disebuah negara adalah masalah
perekonomian jangka panjang. Selain itu pertumbuhan ekonomi disuatu negara,
juga bisa dijadikan alat ukur untuk melihat atau mengukur atau menganalisa
tingkat perkembangan perekonomian dinegara tersebut.
Pertumbuhan ekonomi disuatu negara bisa disebabkan oleh
banyak faktor. Bagi negara – negara maju, mereka bisa mengandalkan hasil
produksi barang dan jasa mereka, tapi tidak menutup kemungkinan pula adanya
pinjaman yang mereka lakukan serta adanya investasi. Tapi bagi negara – negara
yang sedang berkembang tentu saja akan sulit atau bisa dikatakan tidak mudah
jika harus mengandalkan faktor produksi barang dan jasa, maka dari itu faktor –
faktor lain sangat menentukan, seperti halnya pinjaman dan investasi.
Menurut Sadono Sukirno (2004) dalam analisis makro, tingkat
pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan
pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara /daerah. Dan menurut metode
pengeluaran dalam penghitungan pendapatan nasional, salah satu jenis agregatnya
adalah pengeluaran investasi.
Berkaitan dengan hal tersebut maka penulis memilih
judul
“ Pengaruh Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi ”. Dimana dalam penulisan
ini penulis membahas tentang pengertian investasi hingga contoh atau
implementasi suatu investasi yang bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
suatu negara.
B. Isi
1.
Pengertian Investasi
Menurut beberapa tokoh ekonomi seperti unariyah (2003:4): “Investasi adalah
penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya
berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang
akan datang. Sedangkan ” Menurut Husnan (1996:5) menyatakan bahwa “proyek investasi
merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek
raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan
datang.” Dan menurut Boediono Investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen
untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk
perluasan pabrik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa investasi itu adalah sebuah
keputusan untuk menunda konsumsi sumber daya atau bagian penghasilan demi
meningkatkan kemampuan menambah /menciptakan nilai hidup (penghasilan dan atau
kekayaan) dimasa mendatang.
Dan perlu diperhatikan bahwa
menurut “sadono sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu
masyarakat terus – menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kehidupan rakyat”.
Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi yaitu
Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga
kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional
dan kesempatan kerja, Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan
menambah kapasitas produksi dan Investasi selalu diikuti oleh perkembangan
teknologi
2.
Bentuk – Bentuk Investasi
Sebenarnya untuk investasi dapat berbentuk macam – macam.
Seperti yang tadi sudah disinggung bahwa pengertian investasi itu sendiri
adalah sebuah keputusan intuk menunda konsumsi demi meningkatkan kemampuan
sumber daya. Maka ada tiga jenis pengeluaran investasi yaitu Investasi tetap
bisnis yaitu mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan untuk
proses produksi, Investasi Residentsial yaitu investasi yang mencakup rumah
baru yang dibeli untuk tempat tinggal atau disewakan dan yang terakhir adalah
Investasi Persediaan yaitu mencakup barang – barang perusahaan yang disimpan
digudang. investasi dapat dilakukan dengan cara yang bermacam – macam .
Contohnya adalah seperti berbentuk tabungan, emas, saham, obligasi dll
Harga emas yang terus menaik dan hampir tidak pernah menurun,
membuat emas bisa dijadikan alat untuk investasi. Dimana menurut data yang
didapat melalui situs harga-emas.com, harga emas batangan satu gramnya mencapai
Rp 570.000.
Selain emas ada juga investasi menggunakan nilai mata uang
melalui salah satu produk simpanan yang ada dibank yaitu tabungan. Untuk
investasi menggunakan nilai mata uang ada beberapa teori dan perhitungan
seperti:
1. Nilai Sekarang
Pv
=
X/(1+r)2
2. Nilai Masa mendatang
F
= A(1+r)t
Selanjutnya tabungan bentuk investasi yang ditawarkan dibank
dalam bentuk simpananada giro, deposito berjangka dan sertifikat deposito.
Kemudian investasi juga dapat dilakukan dengan cara asuransi.
Selanjutnya bentuk investasi lainnya adalah bisa dalam
bentuk efek yaitu saham, saham preferen dan obligasi. Saham itu sendiri adalah atuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen
finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Saham Preferen adalah saham yang disertai dengan
preferensi tertentu diatas saham biasa dalam pembagian deviden dan pembagian
kekayaan dalam pembubaran perusahaan. Serta obligasi adalah surat pengakuan
hutang yang dikeluarkan oleh pihak organisasi yang berbadan hukum dan biasanya
yang sudah “Go Public” sebagai pihak yang berhutang yang mempunyai nilai
nominal tertentu dan mempunyai kesanggupan untuk membayar bunga secara periodik
atas dasar presentase tertentu yang tetap.
Selain itu investasi juga bisa dalam bentuk aktiva tetap
seperti tanah, mesin, dsb. Dan juga masih banyak bentuk – bentuk investasi
lainnya.
Dan perlu diprhatikan, dalam praktiknya kriteria
investasi minimal ada empat yaitu:
1. Payback Period
Payback Period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi
yang direncanakan dapat di kembalikan, atau waktu yang dikembalikan mencapai
titik impas (biasanya hal ini diperuntukan untuk investasi yang tidak memiliki
nilai depresiasi yaitu yang biasa terjadi pada aktiva tetap selain tanah).
2. Benefit/Cost Ratio
B/c ratio ini mengukur mana yang lebih besar, apakah biaya
yang dikeluarkan untuk investasi atau keuntungan yang dihasilkan dari investasi
tersebut
3. Net Present Value
NPV ini bisa juga diartikan nilai harapan jika seseorang
menginvestasikan sumber daya yang ia miliki.
4. Internal Rate of Return
IRR
adalah nilai tingkat pengembalian investasi.
3.
Bagaimana Cara Investasi
Mempengaruhi Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Suatu Negara
Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi
memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf
kemakmuran
masyarakat.
Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni
1. investasi merupakan salah satu
komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan
meningkatkan permintaan agregat , pendapatan nasional serta kesempatan kerja
2. pertambahan barang modal sebagai
akibat investasi akan menambah kapasitas produksi
3. investasi selalu diikuti oleh
perkembangan teknologi.
Dalam model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil
investasi akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin
besar. Dengan diasumsikan bahwa investasi swasta dan publik di bidang sumberdaya
atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal (eksternalitas positif)
dan memacu produktivitas yang mampu mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan
skala hasil. Meskipun teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat
penting, namun model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut
tidak perlu ditonjolkan untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan
ekonomi jangka panjang.
Lebih
lanjut Cara investasi mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara,
simplenya jika kita analogikan dari ala pedesaan. Dimana seorang petani
yang menginvestasikan hartanya untuk membeli peralatan untuk menjalankan
aktivitasnya sebagai petani dan bisa menghasilkan pendapatan. Begitu juga
tentang cara investasi mempengaruhi tingkat pertumbuhan nasional. Yaitu dimana
ketika suatu negara bisa mengadakan suatu proyek investasi yang bisa
menghasilkan pendapatan maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat lalu
perlu diketahui bahwa bila adanya kenaikan tingkat suku bunga bisa mengakibatkan
turunya investasi dan menurunya GDP riil yang ada.
Untuk lebih jelasnya mengetahui hubungan antara tingkat suku
bunga dan investasi serta pengaruh atau dampaknya bagi peningkatan pendapatan
nasional maka perhatikan contoh berikut
Table 3.1
Proyek Investasi
Proyek
|
Nilai
|
MEC/Tahun
|
i/Bulan
|
Investasi
|
A
|
1000
|
50%
|
5%
|
0
|
B
|
800
|
40%
|
4%
|
1000
|
C
|
600
|
30%
|
3%
|
1800
|
D
|
400
|
20%
|
2%
|
2400
|
E
|
200
|
10%
|
1%
|
2800
|
Dan jika tingkat suku bunga sama dengan 0% maka investasi
akan bernilai 3000.
Dari pengambaran table 3.1 dapat dijelaskan bahwa
ketika tingkat suku bunganya 50% maka tingkat suku bunga sama dengan nol (0).
Hal ini dapat dilihat dari perhitungan berikut yaitu:
1. Pertama tingkat suku bunganya
dikalikan dengan 12 (karena dalam periode 1 tahun)
Contohnya
: 5 * 12 = 60
2. Jika diperhatikan untuk baris proyek
a saja (untuk lebih fokusnya dahulu). Dimana tingkat suku bunga selama satu
tahun yaitu 60% dibandingkan MEC atau tingkat pengembalian investasi hanya 50%
(yang artinya lebih kecil). Hal ini bisa dibuktikan dengan cara berikut yaitu:
a. Jika perusahaan melakukan investasi
maka 1000 * 50 % = 500, dibandingkan dengan
b. Jika perusahaan melakukan saving
dengan tingkat bunga sebesar 60% maka 1000 * 60% = 600
Hal ini berarti bahwa hanya dengan berdiam diri saja atau
bahasa kasarnya ongkang – ongkang perusahaan bisa mendapatkan hasil yang lebih
besar, jika perusahaan tersebut melakukan saving ketimbang investasi. Jadi dari
sebuah penjelasan berikut dapat menjelaskan teori bahwa tingkat suku bunga
dapat mempengaruhi tingkat investasi dimana rumusnya adalah I=I1 – e1.
4.
Contoh atau Implementasinya
Sebagai penyangga pertumbuhan
ekonomi, perkembangan investasi di Indonesia menunjukkan keadaan yang
menggembirakan. Pada tahun 2007, total investasi di Indonesia mencapai Rp 983,9
trilyun (atas dasar harga berlaku). Angka ini hampir tujuh belas kali lipat
dibandingkan investasi pada tahun 1990 yang sebesar Rp 58,9 trilyun.
Investasi tersebut dilakukan
baik oleh pemerintah maupun masyarakat/swasta. Meskipun demikian, peranan
investasi pemerintah relatif kecil. Dari total investasi pada tahun 2007, hanya
12,75 persen (Rp 125,4 trilyun) yang merupakan investasi pemerintah, sedangkan
sebagian besar lainnya (87,25 persen atau Rp 858,5 trilyun) merupakan investasi
masyarakat. Selain itu, jika dilihat selama periode 1990 – 2007, perkembangan
investasi pemerintah juga relatif lebih lambat dibandingkan investasi
masyarakat. Total investasi masyarakat pada tahun 2007 hampir dua puluh dua
kali lipat dibandingkan investasi masyarakat pada tahun 1990, sedangkan
investasi pemerintah tahun 2007 hanya sekitar enam kali lipat dibandingkan
keadaan tahun 1990.
Namun demikian, jika dilihat
lebih jauh, rata-rata investasi yang lebih tinggi ini ternyata juga diikuti
oleh koefisien variasi volatilitas (volatilitas yang sudah disesuaikan terhadap
nilai rata-rata pertumbuhan) yang lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa
perkembangan investasi di Indonesia pada periode setelah krisis lebih
berfluktuasi dibandingkan periode sebelum krisis. Fakta lebih tingginya
fluktuasi investasi ini terutama terlihat pada investasi masyarakat. Investasi
pemerintah memang menunjukkan kondisi penurunan volatilitas pada periode
setelah krisis. Namun, karena proporsi investasi pemerintah terhadap investasi
total relatif kecil, kondisi ini hampir tidak mempengaruh volatilitas investasi
secara keseluruhan.
Selanjutnya, jika
dibandingkan investasi terhadap PDB Indonesia, dapat dikemukakan bahwa selama
periode 1990-2007, rata-rata persentase investasi terhadap PDB adalah 25,7
persen, dengan persentase investasi pemerintah terhadap PDB sebesar 5,6 persen
dan investasi masyarakat terhadap PDB sebesar 20,1 persen. Membandingkan
kondisi sebelum dan sesudah krisis menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan
rata-rata persentase investasi terhadap PDB baik pada investasi pemerintah
maupun masyarakat. Secara total, persentase investasi terhadap PDB menurun dari
29,6 persen pada periode sebelum krisis menjadi 22,6 persen pada periode
setelah krisis. Investasi pemerintah turun dari 7,9 persen menjadi 3,8 persen,
sedangkan investasi masyarakat turun dari 21,8 persen menjadi 18,8 persen.
Selain penurunan persentase
investasi terhadap PDB, fluktuasi setelah krisis juga menunjukkan peningkatan,
yang terlihat dari peningkatan nilai koefisien variasi volatilitas. Bahkan
dalam kasus investasi pemerintah, meskipun secara nilai menunjukkan penurunan
volatilitas, tetapi sebagai persentase dari PDB, terjadi peningkatan dalam
nilai volatilitasnya.
C. Kesimpulan
Jadi kesimpulanya adalah pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
alat ukur bagi suatu bangsa untuk mengukur atau menganalisa tingkat
perkembangan perekonomian disuatu negara. Dan pertumbuhan ekonomi itu dilihat
dari besarnya pendapatan nasional dari suatu negara atau bisa disebut GDP Riil
atau GNP Riil. Dan dalam salah satu jenis agregatnya adalah pengeluaran
investasi
Investasi yang berarti sebuah keputusan untuk menunda konsumsi sumber daya atau
bagian penghasilan demi meningkatkan kemampuan menambah /menciptakan nilai
hidup (penghasilan dan atau kekayaan) dimasa mendatang. Dan investasi
dibagi dalam tiga jenis yaitu Investasi tetap Bisnis, Investasi Residentsial
dan Investasi Persediaan serta investasi dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara diantaranya melalui membeli saham dan obligasi.
Kemudian
simplenya jika kita analogikan dari ala pedesaan. Dimana seorang petani
yang menginvestasikan hartanya untuk membeli peralatan untuk menjalankan
aktivitasnya sebagai petani dan bisa menghasilkan pendapatan. Begitu juga
tentang cara investasi mempengaruhi tingkat pertumbuhan nasional. Yaitu dimana
ketika suatu negara bisa mengadakan suatu proyek investasi yang bisa
menghasilkan pendapatan maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat lalu
perlu diketahui bahwa bila adanya kenaikan tingkat suku bunga bisa
mengakibatkan turunya investasi dan menurunya GDP riil yang ada.
Dan
terakhir adalah contohnya yaitu dimana resesi Amerika Serikat yang parah pada
tahun 1982. GDP Riil turun $105 Miliar dari puncaknya dalam kuartal ketiga tahun
1981 menuju pada titik terendahnya pada kuartal keempat tahun 1982. Pengeluaran
investasi selama periode yang sama turun $ 152 Miliar, yang berarti lebih besar
dari seluruh penurunan pengeluaran
Investasi merupakan langkah awal
kegiatan produksi. Dengan posisi tersebut, investasi pada hakekatnya juga
merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal
mempengaruhi tinggi rendahnya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Oleh
karenanya, dalam upaya menumbuhkan perekonomian, setiap negara senantiasa
berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi.
Sebagai penyangga pertumbuhan ekonomi, perkembangan investasi di Indonesia menunjukkan keadaan yang menggembirakan. Pada tahun 2007, total investasi di Indonesia mencapai Rp 983,9 trilyun (atas dasar harga berlaku). Angka ini hampir tujuh belas kali lipat dibandingkan investasi pada tahun 1990 yang sebesar Rp 58,9 trilyun.
Investasi tersebut dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat/swasta. Meskipun demikian, peranan investasi pemerintah relatif kecil. Dari total investasi pada tahun 2007, hanya 12,75 persen (Rp 125,4 trilyun) yang merupakan investasi pemerintah, sedangkan sebagian besar lainnya (87,25 persen atau Rp 858,5 trilyun) merupakan investasi masyarakat. Selain itu, jika dilihat selama periode 1990 – 2007, perkembangan investasi pemerintah juga relatif lebih lambat dibandingkan investasi masyarakat. Total investasi masyarakat pada tahun 2007 hampir dua puluh dua kali lipat dibandingkan investasi masyarakat pada tahun 1990, sedangkan investasi pemerintah tahun 2007 hanya sekitar enam kali lipat dibandingkan keadaan tahun 1990.
Gambaran terperinci mengenai perkembangan investasi di Indonesia selama periode 1990 – 2007, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat diberikan pada tabel berikut:
Tabel : Perkembangan Investasi di Indonesia Selama Periode 1990 - 2007
Keterangan: Volatilitas merupakan standar deviasi dari pertumbuhan. KV Volatilitas=koefisien variasi volatilitas yang dihitung dari volatilitas dibagi rata-rata pertumbuhan (nilai absolut).
Sumber: Dirangkum dan diolah dari Buku Repelita VI, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) berbagai tahun, Laporan Perekonomian Indonesia (Bank Indonesia) berbagai tahun
Tabel diatas juga menunjukkan bahwa perkembangan investasi baik investasi pemerintah maupun masyarakat relatif berlanjut, meskipun pada tahun 1997, Indonesia sebagaimana negara-negara Asia lainnya mengalami krisis ekonomi yang cukup parah. Hal ini terlihat dari rata-rata investasi yang tetap lebih tinggi pada periode setelah krisis (1998 – 2007) dibandingkan periode sebelum krisis (1990 – 1997).
Namun demikian, jika dilihat lebih jauh, rata-rata investasi yang lebih tinggi ini ternyata juga diikuti oleh koefisien variasi volatilitas (volatilitas yang sudah disesuaikan terhadap nilai rata-rata pertumbuhan) yang lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa perkembangan investasi di Indonesia pada periode setelah krisis lebih berfluktuasi dibandingkan periode sebelum krisis. Fakta lebih tingginya fluktuasi investasi ini terutama terlihat pada investasi masyarakat. Investasi pemerintah memang menunjukkan kondisi penurunan volatilitas pada periode setelah krisis. Namun, karena proporsi investasi pemerintah terhadap investasi total relatif kecil, kondisi ini hampir tidak mempengaruh volatilitas investasi secara keseluruhan.
Selanjutnya, jika dibandingkan investasi terhadap PDB Indonesia, dapat dikemukakan bahwa selama periode 1990-2007, rata-rata persentase investasi terhadap PDB adalah 25,7 persen, dengan persentase investasi pemerintah terhadap PDB sebesar 5,6 persen dan investasi masyarakat terhadap PDB sebesar 20,1 persen. Membandingkan kondisi sebelum dan sesudah krisis menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan rata-rata persentase investasi terhadap PDB baik pada investasi pemerintah maupun masyarakat. Secara total, persentase investasi terhadap PDB menurun dari 29,6 persen pada periode sebelum krisis menjadi 22,6 persen pada periode setelah krisis. Investasi pemerintah turun dari 7,9 persen menjadi 3,8 persen, sedangkan investasi masyarakat turun dari 21,8 persen menjadi 18,8 persen.
Selain penurunan persentase investasi terhadap PDB, fluktuasi setelah krisis juga menunjukkan peningkatan, yang terlihat dari peningkatan nilai koefisien variasi volatilitas. Bahkan dalam kasus investasi pemerintah, meskipun secara nilai menunjukkan penurunan volatilitas, tetapi sebagai persentase dari PDB, terjadi peningkatan dalam nilai volatilitasnya.
Gambaran secara rinci mengenai perkembangan investasi sebagai persentase dari PDB di Indonesia selama periode 1990 – 2007 diberikan pada gambar berikut:
Gambar: Perkembangan Investasi di Indonesia selama Periode 1990 – 2007 (dalam persen terhadap PDB)
Sebagai penyangga pertumbuhan ekonomi, perkembangan investasi di Indonesia menunjukkan keadaan yang menggembirakan. Pada tahun 2007, total investasi di Indonesia mencapai Rp 983,9 trilyun (atas dasar harga berlaku). Angka ini hampir tujuh belas kali lipat dibandingkan investasi pada tahun 1990 yang sebesar Rp 58,9 trilyun.
Investasi tersebut dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat/swasta. Meskipun demikian, peranan investasi pemerintah relatif kecil. Dari total investasi pada tahun 2007, hanya 12,75 persen (Rp 125,4 trilyun) yang merupakan investasi pemerintah, sedangkan sebagian besar lainnya (87,25 persen atau Rp 858,5 trilyun) merupakan investasi masyarakat. Selain itu, jika dilihat selama periode 1990 – 2007, perkembangan investasi pemerintah juga relatif lebih lambat dibandingkan investasi masyarakat. Total investasi masyarakat pada tahun 2007 hampir dua puluh dua kali lipat dibandingkan investasi masyarakat pada tahun 1990, sedangkan investasi pemerintah tahun 2007 hanya sekitar enam kali lipat dibandingkan keadaan tahun 1990.
Gambaran terperinci mengenai perkembangan investasi di Indonesia selama periode 1990 – 2007, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat diberikan pada tabel berikut:
Tabel : Perkembangan Investasi di Indonesia Selama Periode 1990 - 2007
Keterangan: Volatilitas merupakan standar deviasi dari pertumbuhan. KV Volatilitas=koefisien variasi volatilitas yang dihitung dari volatilitas dibagi rata-rata pertumbuhan (nilai absolut).
Sumber: Dirangkum dan diolah dari Buku Repelita VI, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) berbagai tahun, Laporan Perekonomian Indonesia (Bank Indonesia) berbagai tahun
Tabel diatas juga menunjukkan bahwa perkembangan investasi baik investasi pemerintah maupun masyarakat relatif berlanjut, meskipun pada tahun 1997, Indonesia sebagaimana negara-negara Asia lainnya mengalami krisis ekonomi yang cukup parah. Hal ini terlihat dari rata-rata investasi yang tetap lebih tinggi pada periode setelah krisis (1998 – 2007) dibandingkan periode sebelum krisis (1990 – 1997).
Namun demikian, jika dilihat lebih jauh, rata-rata investasi yang lebih tinggi ini ternyata juga diikuti oleh koefisien variasi volatilitas (volatilitas yang sudah disesuaikan terhadap nilai rata-rata pertumbuhan) yang lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa perkembangan investasi di Indonesia pada periode setelah krisis lebih berfluktuasi dibandingkan periode sebelum krisis. Fakta lebih tingginya fluktuasi investasi ini terutama terlihat pada investasi masyarakat. Investasi pemerintah memang menunjukkan kondisi penurunan volatilitas pada periode setelah krisis. Namun, karena proporsi investasi pemerintah terhadap investasi total relatif kecil, kondisi ini hampir tidak mempengaruh volatilitas investasi secara keseluruhan.
Selanjutnya, jika dibandingkan investasi terhadap PDB Indonesia, dapat dikemukakan bahwa selama periode 1990-2007, rata-rata persentase investasi terhadap PDB adalah 25,7 persen, dengan persentase investasi pemerintah terhadap PDB sebesar 5,6 persen dan investasi masyarakat terhadap PDB sebesar 20,1 persen. Membandingkan kondisi sebelum dan sesudah krisis menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan rata-rata persentase investasi terhadap PDB baik pada investasi pemerintah maupun masyarakat. Secara total, persentase investasi terhadap PDB menurun dari 29,6 persen pada periode sebelum krisis menjadi 22,6 persen pada periode setelah krisis. Investasi pemerintah turun dari 7,9 persen menjadi 3,8 persen, sedangkan investasi masyarakat turun dari 21,8 persen menjadi 18,8 persen.
Selain penurunan persentase investasi terhadap PDB, fluktuasi setelah krisis juga menunjukkan peningkatan, yang terlihat dari peningkatan nilai koefisien variasi volatilitas. Bahkan dalam kasus investasi pemerintah, meskipun secara nilai menunjukkan penurunan volatilitas, tetapi sebagai persentase dari PDB, terjadi peningkatan dalam nilai volatilitasnya.
Gambaran secara rinci mengenai perkembangan investasi sebagai persentase dari PDB di Indonesia selama periode 1990 – 2007 diberikan pada gambar berikut:
Gambar: Perkembangan Investasi di Indonesia selama Periode 1990 – 2007 (dalam persen terhadap PDB)
D.
Daftar Pustaka
1.
Deden. Pengertian Investasi. http://deden08m.files.wordpress.com/2011/09/materi-1-pengertian-investasi.pdf. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012
2.
Fadinno, Muhammad. Investasi
Emas.http://investasi-emas.asia/. Diakses pada tanggal 22 Maret
2012.
4.
Junaidi. Investasi di Indonesia: Perkembangan dan Volatilitas. http://junaidichaniago.blogspot.com/2009/04/investasi-di-indonesia-perkembangan-dan.html. Diakses pada tanggal 5 April 2012.
5.
Jurnal. Investasi; Pengertian Dasar, Jenis
dan manfaat . http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/investasi-pengertian-dasar-jenis-dan.html. Diakses pada tanggal 20 Maret
2012.
7.
Mankiw, N. Gregory. 2007. Teori
Ekonomi Makro, edisi ke 6. Jakarta: Gramedia.
8.
Raditya,Dian. Produk – Produk
Bank. http://dianraditya.wordpress.com/2010/02/25/produk-produk-bank/. Diakses pada tanggal 20 Maret
2012.
9.
Rahardja, Pratama dan Mandala
Manurung.2008.Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar, Edisi Keempat. Jakarta:
Lembaga penerbit fakultas ekonomi Universitas Ekonomi.
10.
Repository USU. Pengaruh
Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/10071?mode=full&submit_simple=Perlihatkan+catatan+item+secara+lengkap. Diakses pada tanggal 15 Maret
2012.
11.
Republika. Bagaimana cara
Menghitung Keuntungan Investasi Emas LM ?. http://www.republika.co.id/berita/konsultasi/askgoz/11/11/01/ltyqr3-bagaimana-cara-menghitung-keuntungan-investasi-emas-lm. Diakses pada tanggal 22 Maret
2012.
12.
Rustiono, Dedy. Tesis Analisis
Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi. Di Provinsi Jawa Tengah. http://eprints.undip.ac.id/16937/1/Deddy_Rustiono.pdf. Diakses pada tanggal 15 Maret 2012
14.
Yahoo. Cara Membuat Paper. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081212192842AAFjQ9q. diakses pada tanggal 15 Maret
2012.
15.
Yuhana. Cara Membuat Paper. http://yuhana.wordpress.com/2008/01/23/cara-membuat-paper/. Diakses pada tanggal 15 Maret 2012
Tambahan:
1.
Materi Kuliah Pengantar Ekonomi 2.
“Investasi” oleh Dosen Ibu Sri Murtiasih.
2.
Materi Kuliah Teori Ekonomi 2.
“MPC”. Oleh Dosen Bpk. Muhammad Yunanto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar